KRITIK DAN ESAI CERPEN "SULASTRI DAN EMPAT LELAKI" KARYA M. SHOIM ANWAR

Kritik dan Esai Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” Karya M. Shoim Anwar

M. Shoim Anwar

          Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” merupakan salah satu karya dari M. Shoim Anwar, seorang sastrawan sekaligus dosen. M. Shoim Anwar lahir di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur. M. Shoim Anwar telah banyak menulis cerpen, novel, esei, dan puisi di berbagai media. Menurut KBBI cerita pendek adalah cerita yang isinya kurang dari 10.000 kata dan ceritanya berkonsentrasi pada satu tokoh dalam cerita.
          Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” menceritakan seorang perempuan bernama Sulastri yang menjadi seorang TKW di Jazirah Arab. Sulastri yang merenung tentang kehidupannya berjalan menaiki tanggul Laut Merah sampai akhirnya Sulastri di perlihatkan sosok Fir’aun dan Musa AS. Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” berhubungan dengan cerita yang tokoh utamanya adalah seorang perempuan bernama Sulastri dan empat orang lelaki yaitu seorang polisi, Markam atau suami Sulastri, Fir’aun, dan Musa AS.
          Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” diawali dengan penggambaran pemandangan Laut Merah pada saat itu. Dalam Islam Laut Merah mengingatkan kita pada kisah Nabi Musa AS yang diberikan mukjizat oleh Allah SWT dapat membelah Laut Merah untuk menghindari kejaran Fir’aun dan para pasukannya sehingga Fir’aun dan pasukannya tenggelam di Laut Merah. Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” juga ditampakkan sosok Fir’aun dan Nabi Musa AS yang hadir saat Sulastri berada di tengah tanggul Laut Merah. Seperti dalam kutipan cerpen sebagai berikut,
Sesosok tubuh tiba-tiba merekah. Tubuh yang sering diingat sebagai sang penerkam sekonyong-konyong muncul dari dalam laut. Sulastri menjerit menyebut namanya.
“Firauuun…!” (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)

          Dalam kutipan di atas digambarkan bahwa Fir’aun yang seolah menampakan diri di depan Sulastri, kemudian Fir’aun mengejar Sulastri karena menganggapnya sebagai budak yang menyembahnya. Sulastri yang ketakutan pun berlari menghindari kejaran Fir’aun. Jika mengingat kisah tentang penguasa Mesir yang bengis dahulu yaitu Fir’aun, ia menganggap bahwa dirinya sebagai Tuhan dan semua orang harus tunduk dan patuh terhadap perintahnya, oleh sebab itu, Allah SWT menurunkan Nabi Musa AS untuk menyadarkan Fir’aun.

          Selanjutnya, Sulastri yang terus berlari dari kejaran Fir’aun akhirnya melompat dari atas tanggul, di sana Sulastri ditampakan oleh seorang lelaki setengah tua, rambut putih sebahu, tubuh tinggi besar, berjenggot panjang, dan menggunakan kain putih menutup perut hingga lutut yang dikenal sebagai Nabi Musa AS. Dalam kutipan sebagai berikut.

Di depannya muncul seorang lelaki setengah tua, rambut putih sebahu, tubuh tinggi besar, berjenggot panjang. Lelaki itu mengenakan kain putih menutup perut hingga lutut...Wajah tampak teduh. Tangan kanannya membawa tongkat dari kayu kering...

“Ya, Musa….” (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)

          Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” ini tidak hanya membahas mengenai keterkaitan antara kisah Nabi Musa AS saja, namun juga membahas mengenai kejadian yang sering terjadi di Indonesia dimana seseorang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan bahkan tergolong musyrik yaitu melakukan ritual untuk mendapatkan benda-benda yang dianggap sakral atau memiliki kemampuan magis yang dapat mendatangkan kekayaan. Hal tersebut digambarkan terjadi pada suami Sulastri yang bernama Markam dalam kutipan sebagai berikut.

...dia menatap ke seberang sungai ke arah Desa Titik. Tampak ada kuburan yang dirimbuni pepohonan besar. Di sana ada seorang lelaki bertapa menginginkan kehadiran benda-benda pusaka, membiarkan istri dan anak-anaknya jatuh bangun mempertahankan nyawa. (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)

          Hal seperti itu sangat sering terjadi di Indonesia, meskipun di jaman yang serba digital saat ini pun hal-hal seperti itu masih sering ditemui. Saat melihat siaran berita di televisi terkadang masih banyak berita-berita yang membahas mengenai hal-hal seperti itu, saking tenarnya ada sebuah acara di televisi yang mengangkat tema mengenai kejadian-kejadian mistis atau akibat dari melakukan pesugihan dan banyak orang yang suka untuk menonton acara tersebut termasuk saya, hal tersebut berguna untuk mengambil pesan-pesan positif yang ingin disampaikan, sehingga acara dengan mengangat tema hal-hal yang mistis pun mendapatkan rating yang tinggi. Sebenarnya di Indonesia sendiri hal-hal mistis sudah seperti kebudayaan yang mengakar sejak jaman dahulu namun kita harus bijak dalam bertindak, jika hal-hal seperti itu digunakan untuk hal yang positif misalnya untuk melestarikan kebudayaan dan menghormati para leluhur kita tentu boleh saja dilakukan, namun jika hal seperti itu dilakukan untuk hal yang negatif seperti untuk kepentingan pribadi dan menjerumus ke arah musyrik tentu saja hal tersebut tidak boleh untuk dilakukan.

          Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” juga diceritakan bahwa tokoh Sulastri bekerja sebagai seorang TKW. Hal seperti ini juga masih banyak terjadi di Indonesia, dimana banyak orang yang memilih pergi ke luar negeri untuk bekerja sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) atau TKI (Tenaga Kerja Indonesia) menjadi pembantu orang luar dibanding bekerja di dalam negeri sendiri, karena mereka berpikir bahwa gaji atau penghasilan yang mereka dapat lebih besar dari penghasilan bekerja di dalam negeri. Tidak hanya itu saja melainkan faktor kurangnya kreativitas dan lahan kerja yang masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya sehingga sulit untuk mendapat pekerjaan di dalam negeri. Padahal jika kita melihat negara Indonesia adalah negara yang sangat kaya dibandingkan dengan negara yang lain. Indonesia memiliki semua hal, bahkan banyak negara yang tidak memiliki kekayaan seperti Indonesia misal Indonesia memiliki lautan yang luas, pulau ada dimana-mana, penduduk yang banyak dan padat, hutan-hutan yang lebat, berbagai jenis tumbuhan hias dan tumbuhan yang dapat dikonsumsi, berbagai jenis hewan, berbagai jenis buah-buahan yang tidak ada di negara lain, perkebunan, pertambangan, dan masih banyak lagi kekayaan yang lainnya, tinggal kita sebagai penduduk untuk memanfaatkan kekayaan yang ada di Indonesia dengan sebaik-baiknya. Hal- hal yang berkaitan dengan penjelasan tersebut juga disebutkan dalam kutipan berikut.

“Negeri kami miskin, Ya Musa.”

“Kekayaan negerimu melimpah ruah. Kau lihat, di sini kering dan tandus.”

“Kami tidak punya pekerjaan, Ya Musa.”

“Apa bukan kalian yang malas hingga suka jalan pintas?” (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)

          Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” juga disebutkan bahwa beberapa orang-orang yang memiliki kedudukan atau jabatan menjadi serakah sehingga membuat negara ini menjadi sengsara. Terbukti dengan banyaknya kasus atau berita yang muncul mengenai pejabat yang korupsi. Mereka mencuri uang rakyat dimana rakyat sendiri bersusah payah bahkan bertaruh nyawa dalam mencari uang untuk membayar pajak negara, seperti kutipan yang disebutkan dalam cerpen sebagai berikut.

“Para pemimpin negerimu serakah.”

“Kami tak kebagian, Ya Musa”

“Mereka telah menjarah kekayaan negeri untuk diri sendiri, keluarga, golongan, serta para cukongnya.” (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)

          Tidak hanya mengenai orang-orang berkuasa yang serakah, keburukan lainnya yaitu mengenai kecurangan-kecurangan dalam mendapatkan jabatan tinggi. Sudah menjadi hal yang umum jika akan diadakan pemilihan berbagai macam hal akan dikeluarkan oleh orang-orang yang sedang mencalonkan diri untuk menarik hati rakyat, namun setelah itu mereka dilupakan, seperti kutipan yang disebutkan dalam cerpen sebagai berikut.

“Para pemimpin negerimu juga tak bisa menolong. Kau hanya dibutuhkan saat pemilu. Setelah itu kau dijadikan barang dagangan yang murah.” Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)

          Penggunaan kata dan kalimat dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” sangat menarik, penulis memberikan penggambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci dan latar tempat yang ada di dalam cerpen juga ada di kehidupan nyata, oleh sebab itu cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” memiliki jalan cerita yang sangat menarik.

          Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” ini memiliki banyak pesan yang baik, seperti mengingatkan kita untuk tidak mudah menyerah dalam melakukan sesuatu, selalu mengingat kuasa Allah SWT, bersikap jujur, adil, dan bertanggung jawab dengan tugas yang telah di percayakan kepada kita.

          Cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” ini dapat dikaitkan dengan berbagai aspek dalam realitas kehidupan secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari seperti agama, kepercayaan, ideologi, kebudayaan, ekonomi, dan politik.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Balada

Perjalanan Pertama Ke Pulau Bali